BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Di era
globalisasi yang serba modern menuntut setiap negara untuk menghasilkan sumber
daya manusia dengan kesiapan yang lebih matang dalam segala hal. Bidang
pendidikan merupakan salah satu bidang yang sangat berpengaruh untuk
mempersiapkan sumber daya manusia yang dibutuhkan untuk menghadapi
tuntutan zaman. Namun, mendidik anak sejak dini hingga menjadi individu
yang berkualitas, dan mempertahankan kualitas tersebut bukan hal yang mudah.
Perlu proses yang panjang untuk membentuk individu yang mampu mengikuti alur
era globalisasi. Untuk mewujudkan hal tersebut, tentu individu harus melakukan
suatu proses yang disebut belajar.
Dalam
pendidikan, belajar merupakan kata kunci yang paling penting. Jika tidak ada
belajar maka tidak akan ada pendidikan. Dan didalam pendidikan akan terjadi
suatu pembelajaran yang akan membentuk individu yang berkualitas.
Berdasarkan
uraian di atas maka penyusun mengajukan makalah yang berjudul“ Hakikat Belajar dan
Pembelajaran” yang nantinya
dapat memperjelas pengertian dan hakikat dari belajar dan pembelajaran itu
sendiri.
1.2.
Rumusan Masalah
1.
Apakah pengertian dari belajar dan pembelajaran?
2.
Apakah tujuan belajar dan pembelajaran?
3.
Apakah faktor yang memengaruhi belajar dan
pembelajaran?
1.3.
Tujuan
- Untuk mengetahui dan memahami pengertian belajar dan pembelajaran.
- Untuk mengetahui dan memahami tujuan dari belajar dan
pembelajaran.
- Untuk mengetahui apa saja faktor yang mempengaruhi belajar dan
pembelajaran.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Hakikat
Belajar
Secara
harfiah, Belajar adalah yang tidak tahu menjadi tahu. Secara keilmuan, belajar
merupakan perilaku kognitif yang memerlukan tingkat keterbukaan kondisi
tertentu yang akan menghasilkan perubahan perilaku atau disposisi untuk
bertindak (dtindak lanjuti). Menurut kamus bahasa
Indonesia, belajar adalah berusaha memperoleh kepandaian atau
ilmu, berlatih, berubah tingkah laku atau tanggapan yang disebabkan oleh
pengalaman. Belajar adalah suatu proses yang berlangsung di dalam diri seseorang
yang mengubah tingkah lakunya, baik tingkah laku dalam berpikir, bersikap, dan
berbuat (W. Gulo, 2002: 23).
Menurut
Nana Sudjana (2002), pada hakikatnya proses belajar mengajar adalah proses
komunikasi. Kegiatan belajar mengajar di kelas merupakan suatu dunia komunikasi
tersendiri dimana guru dan siswa bertukar pikiran untuk mengembangkan ide dan
pengertian. belajar ada kaitannya dengan usaha atau rekayasa pembelajar. Dari
segi siswa, belajar yang dialaminya sesuai dengan pertumbuhan jasmani dan
perkembangan mental, akan menghasilkan hasil belajar sebagai hasil belajar
sebagai perwujudan emansipasi siswa menuju kemandirian. Dari segi guru,
kegiatan belajar siswa merupakan akibat dari tindakan pendidikan atau
pembelajaran. Proses belajar siswa tersebut menghasilkan perilaku yang
dikehendaki, suatu hasil belajar sebagai dampak pengajaran.
2.2. Pengertian
Belajar Menurut Beberapa Ahli
1. Belajar menurut Skinner
Belajar
menurut Skinner adalah suatu perilaku. Pada saat orang belajar, maka
responnya
menjadi lebih baik. Sebaliknya, bila ia tidak belajar maka responnya menurun.
Dalam belajar ditemukan adanya hal berikut:
a.
Kesempatan terjadinya peristiwa yang menimbulkan
respon pembelajar,
- Respons si pembelajar, dan
- Konsekuensi yang bersifat menguatkan respons tersebut. Pemerkuat
terjadi pada stimulus yang menguatkan konsekuensi tersebut. Sebagai
ilustrasi, perilaku respons si pembelajar yang baik diberi hadiah.
Sebaliknya, perilaku respons yang tidak baik diberi teguran dan hukuman.
(Mudjiono, 2002:9)
2. Belajar
Menurut Gagne
Menurut
Gagne, belajar merupakan kegiatan yang kompleks. Belajar adalah seperangkat
proses kognitif yang mengubah sifat stimulasi lingkungan, melewati pengolahan
informasi, menjadi kapabilitas baru.
Menurut
Gagne, belajar terdiri dari tiga komponen penting, yaitu kondisi eksternal,
kondisi internal, dan hasil belajar. Belajar merupakan interaksi antara
“keadaan internal dan proses kognitif siswa” dengan “stimulus dari lingkungan”.
Prses kognitif tersebut menghasilkan suatu hasil belajar. Hasil belajar
tersebut terdiri dari informasi verbal, keterampilan intelek, keterampilan
motorik, sikap, dan siasat kognitif.
a.
Informasi verbal adalah kapabilitas untuk
mengungkapkan pengetahuan dalam bentuk bahasa, baik lisan maupun tertulis.
b.
Keterampilan intelektual adalah kecakapan
yang berfungsi untuk berhubungan dengan lingkungan hidup serta memprsentasikan
konsep dan lambang.
c.
Strategi kognitif adalah kemampuan
menyalurkan dan mengarahkan aktivitas kognitifnya sendiri.
d.
Keterampilan motorik adalah kemampuan
melakukan serangkaian gerakan jasmani dalam urusan dan koordinasi, sehingga
terwujud otomatisme gerak jasmani.
e.
Sikap adalah kemampuan menerima atau
menolak obyek berdasarkan penilaian terhadap obyek tersebut.
3. Belajar
Menurut Pandangan Piaget
Piaget
berpendapat bahwa pengetahuan dibentuk oleh individu. Perkembangan intelektual
melalui tahap-tahap berikut. (i) Sensori motor (0-2 tahun), (ii) pra
operasional (2-7 tahun), (iii) operasional konkret (7-11
tahun), dan (iv) operai formal (11-ke atas).
Belajar
pengetahuan meliputi tiga fase. Fase-fase itu adalah :
a.
Eksplorasi, siswa mempelajari gejala dengan
bimbingan
b.
Pengenalan konsep, siswa mengenal konsep yang
ada hubungannya dengan gejala
c.
Aplikasi konsep, siswa menggunakan konsep untuk
meneliti gejala lain lebih lanjut.
Menurut
Piaget, pembelajaran terdiri dari empat langkah berikut.
a.
Menentukan topik yang dapat dipelajari oleh anak
sendiri.
b.
Memilih atau mengembangkan aktivitas kelas
dengan topik tersebut.
c.
Mengetahui adanya kesempatan bagi guru untuk
mengemukakan pertanyaan menunjang
proses pemecahan masalah.
d.
Menilai pelaksanaan tiap kegiatan, memperhatikan
keberhasilan, dan melakukan revisi.
2.3. Tujuan
Belajar
Beberapa
ahli mengemukakan pendapat mereka mengenai tujuan belajar. Sukandi, 1983
berpendapat bahwa tujuan belajar adalah mengadakan perubahan tingkah laku
dan perbuatan. Perbuatan itu dapat dinyatakan sebagai suatu kecakapan
keterampilan, kebiasaan, sikap, pengertian, sebagai pengetahuan atau penerima
dan penghargaan
Menurut
Surakhmat, 1986 tujuan belajar adalah mengumpulkan pengetahuan, penanaman
konsep dan pengetahuan, dan pembentukan sikap dan perbuatan.
Demikian
pula bahwa tujuan belajar itu dimaknai sebagai pernyataan mengenai keterampilan
atau konsep yang diharapkan dapat dikuasai oleh peserta didik pada akhir priode
pembelajaran (Slavin, 1994).
Dari
pendapat ahli di atas, maka dapat disimpulkan bahwa Tujuan Belajar adalah
merubah tingkah laku dan perbuatan yang ditandai dengan kecakapan,
keterampilan, kemampuan dan sikap sehingga tercapainya hasil belajar yang
diharapkan.
2.4. Faktor-Faktor
yang Memengaruhi Belajar
Secara
umum faktor-faktor yang memengaruhi belajar dibedakan atas dua kategori, yaitu
faktor internal dan faktor eksternal Kedua faktor tersebut saling
memengaruhi dalam proses belajar individu sehingga menentukan kualitas hasil
belajar.
a. Faktor Internal
Faktor
internal adalah faktor-faktor yang berasal dari dalam diri individu dan dapat
memengaruhi hasil belajar individu. Faktor-faktor internal ini meliputi faktor
fisiologis dan psikologis.
1. Faktor
Fisiologis
Faktor-faktor
fisiologis adalah faktor-faktor yang berhubungan dengan kondisi
fisik individu. Faktor-faktor ini dibedakan menjadi dua macam, yaitu: Pertama, keadaan jasmani. Keadaan
jasmani pada umumnya sangat memengaruhi aktivitas belajar seseorang. Kondisi
fisik yang sehat dan bugar akan memberikan pengaruh positif terhadap kegiatan
belajar individu. Sebaliknya, kondisi fisik yang lemah atau sakit akan
menghambat tercapainya hasil belajar yang maksimal. Oleh karena keadaan jasmani
sangat memengaruhi proses belajar, maka perlu ada usaha untuk menjaga kesehatan
jasmani.
Kedua, keadaan fungsi jasmani/fisiologis. Selama proses belajar berlangsung,
peran fungsi fisiologi pada tubuh manusia sangat memengaruhi hasil belajar,
terutama pancaindra. Pancaindra yang berfungsi dengan baik akan mempermudah
aktivitas belajar dengan baik pula. Dalam proses belajar, pancaindra merupakan
pintu masuk bagi segala informasi yang diterima dan ditangkap oleh manusia,
sehingga manusia dapat mengenal dunia luar.
2. Faktor Psikologis
Faktor-faktor
psikologis adalah keadaan psikologis seseorang yang dapat memengaruhi
proses belajar. Beberapa faktor psikologis yang utama memengaruhi proses
belajar adalah kecerdasan siswa, motivasi, minat, sikap, dan bakat.
b. Faktor Eksternal
Selain
karakteristik siswa atau faktor-faktor internal, faktor-faktor eksternal juga
dapat memengaruhi proses belajar siswa. Dalam hal ini, faktor faktor eksternal
yang memengaruhi belajar dapat digolongkan menjadi dua golongan, yaitu faktor
lingkungan sosial dan faktor lingkungan nonsosial.
2.5.
Teori Belajar
1. Teori Belajar Behaviorisme
Teori
belajar behaviorisme menjelaskan belajar itu adalah perubahan perilaku yang
dapat diamati, diukur dan dinilai secara konkret. Perubahan terjadi melalui
rangsangan (stimulans) yang menimbulkan hubungan perilaku reaktif (respon)
berdasarkan hukum-hukum mekanistik. Stimulans tidak lain adalah lingkungan belajar
anak, baik yang internal maupun eksternal yang menjadi penyebab belajar.
Sedangkan respons adalah akibat atau dampak, berupa reaksi fisik terhadap
stimulans.
Ada tiga
jenis teori Behaviorisme:
a.
Teori Belajar Respondent Conditioning
Teori ini
diperkenalkan oleh Pavlov, yang didasarkan pada pemikiran bahwa perilaku atau
tingkah laku merupakan respon yang dapat diamati dan diramalkan. Fisiolog
Pavlov (1849-1936) mengkaji stimuli (rangsangan tak bersyarat) yang secara
spontan memanggil respon. Melalui conditioning, stimuli netral (netral
spontan) memancing refleks namun sengaja dibuat agar mampu memancing respon
refleks. Bila satu stimuli menghasilkan respon, maka stimuli kedua yang tidak
relevan dihadirkan serempak dengan stimuli pertama, dan akhirnya respon tadi
muncul tanpa menghadirkan stimuli pertama.
b. Teori
Belajar Operant Conditioning
B.F.
Skinner sebagai tokoh teori belajar Operant
Conditionioning berpendapat bahwa belajar menghasilkan perubahan perilaku
yang dapat diamati., sedang perilaku dan belajar diubah oleh kondisi
lingkungan. Teori Skinner (1954) sering disebutOperant Conditioning yang
berunsur rangsangan atau stimuli, respon, dan konsekuensi. Stimuli
(tanda/syarat) bertindak sebagai pemancing respon, sedangkan konsekuensi tanggapan
dapat bersifat positif atau negatif namun keduanya memperkukuh atau memperkuat
(reinforcement).
c. Teori Observation
Learning (Belajar Pengamatan) atau Socio-Cognitive Learning
(Belajar
Sosio-Kognitif)
Proses
belajar yang bersangkut-paut dengan peniruan disebut dengan belajar observasi
(observation learning). Albert Bandura (1969) menjelaskan bahwa belajar
observasi merupakan sarana dasar untuk memperoleh perilaku baru atau mengubah
pola perilaku yang sudah dikuasai. Belajar observasi biasa juga disebut belajar
sosial (Sosial learning) karena yang menjadi obyek observasi pada umumya
perilaku belajar orang lain.
Albert
Bandura (1969) mengartikan belajar sosial sebagai aktivitas meniru melalui
pengamatan (observasi). Individu yang perilakunya ditiru menjadi model
pebelajar yang meniru . istilah Modeling digunakan untuk
menggambarkan proses belajar sosial. Model ini merujuk pada seseorang yang
berperilaku sebagai stimuli bagi respon pebelajar.
John
W. Santrock (1981) menyebut pandangan Albert Bandura tentang teori belajar
sebagai teori belajar sosial kognitif. Hal ini didasarkan pemikiran bahwa
meniru perilaku model melibatkan proses-proses psikologis yang sangat bersifat
kognitif seperti perhatian (attention), ingatan (retention), kinerja motorik
(motorik reproduction), kondisi penguatan dan insentif. Walter Mischel (1973)
cenderung menggunakan instilah cognitive social-learning theory, karena di
dalamnya terkandung harapan (expectancies), strategi memproses informasi dan
memaknai stimuli secara pribadi, anutan nilai subyektif dilekatkan pada stimuli
(subjective stimuli values).
2. Teori Belajar Kognitivisme
Teori
kognitivisme mengacu pada wacana psikologi kognitif, dan berupaya menganalisis
secara ilmiah proses mental dan struktur ingatan
atau cognitif dalam aktivitas belajar.
3. Teori Belajar Konstruktivisme
Konsep
dasar belajar menurut teori belajar konstruktivisme adalah pengetahuan baru
dikonstruksi sendiri oleh peserta didik secara aktif berdasarkan pengetahuan
yang telah diperoleh sebelumnya.
Pembelajaran
konstuktivisme merupakan satu teknik pembelajaran yang melibatkan peserta didik
untuk membina sendiri secara aktif pengetahuan dengan menggunakan pengetahuan
yang telah ada dalam diri mereka masing-masing.
4. Teori Belajar Humanisme
Menurut
teori belajar humanisme, proses belajar harus dimulai dan ditujukan untuk
kepentingan memanusiakan manusia itu sendiri. Oleh sebab itu, teori belajar
humanisme lebih mendekati bidang kajian filsafat, teori kepribadian, dan
psikoterapi, daripada bidang kajian psikologi belajar.
2.6.
Hakikat Pembelajaran
Pembelajaran
artinya suatu proses belajar yang terjadi karena adanya guru sebagai pengajar
atau pendidik dan adanya murid atau peserta didik sebagai yang diajar atau
sebagai penerima ilmu pengetahuan atau keterampilan. Secara umum istilah
belajar dimaknai sebagai suatu kegiatan yang mengakibatkan terjadinya perubahan
tingkah laku. Dengan pengertian demikian, maka pembelajaran dapat dimaknai
sebagai suatu kegiatan yang dilakukan oleh guru sedemikian rupa, sehingga
tingkah laku peserta didik berubah ke arah yang lebih baik (Darsono, 2000: 24).
Adapun
yang dimaksud dengan proses pembelajaran adalah sarana dan cara bagaimana suatu
generasi belajar, atau dengan kata lain bagaimana sarana belajar itu secara
efektif digunakan. Hal ini tentu berbeda dengan proses belajar yang diartikan
sebagai cara bagaimana para pembelajar itu memiliki dan mengakses isi pelajaran
itu sendiri (Tilaar, 2002: 128). Maka dapat dipahami bahwa pembelajaran
membutuhkan hubungan dialogis yang sungguh-sungguh antara guru dan peserta
didik, dimana penekanannya adalah pada proses pembelajaran oleh peserta
didik(student of learning), dan bukan pengajaran oleh guru(teacher of teaching)
(Suryosubroto, 1997: 34).
Pembelajaran
pada hakekatnya adalah proses interaksi antara peserta didik dengan lingkungan,
sehingga terjadi perubahan perilaku kearah yang lebih baik. Dan tugas guru
adalah mengkoordinasikan lingkungan agar menunjang terjadinya perubahan
perilaku bagi peserta didik. Pembelajaran juga dapat diartikan sebagai usaha
sadar pendidik untuk membantu peserta didik agar mereka dapat belajar sesuai
dengan kebutuhan dan minatnya. Disini pendidik berperan sebagai fasilitator
yang menyediakan fasilitas dan menciptakan situasi yang mendukung peningkatan
kemampuan belajar peserta didik.
2.7.
Tujuan Pembelajaran
Tujuan
pembelajaran merupakan salah satu aspek yang perlu dipertimbangkan dalam
merencanakan pembelajaran. Segala kegiatan pembelajaran muaranya pada
tercapainya tujuan tersebut.
Penuangan
tujuan pembelajaran ini bukan saja memperjelas arah yang ingin dicapai dalam
suatu kegiatan belajar, tetapi dari segi efisiensi diperoleh hasil belajar yang
maksimal.
Banyak
pengertian yang diberikan para ahli pembelajaran tentang tujuan pembelajaran,
yang
satu sma
lain memiliki kesamaan disamping ada perbedaan sesuai dengan sudut pandang
garapannya. Robert F. Mager (1962) misalnya memberikan pengertian tujuan
pembelajaran sebagai tujuan perilaku yang hendak dicapai atau yang dapat
dikerjakan oleh siswa pada kondisi dan tingkat kompetensi tertentu. Pengertian
kedua dikemukakan oleh Edwar L.
Dejnozka
dan David E. Kapel (1981), juga Kemp (1977) yang memandang bahwa tujuan
pembelajaran adalah suatu pernyataan yang spesifik yang dinyatakan dalam
perilaku atau penampilan yang diwujudkan dalam bentuk tulisan untuk
menggambrkan hasil belajar yang diharapakan. Perilaku ini dapat berupa fakta
yang samar. Definisi ke tiga dikemukakan oleh Fred Percival dan Henry Ellington
(1984) yakni tujuan pembelajaran adalah suatu pernyataan yang jelas dan
menunjukan penampilan atau keterampilan siswa tertentu yang diharapkan dapat
dicapai sebagai hasil belajar.
2.8. Faktor-faktor
yang Mempengaruhi Pembelajaran
Faktor-faktor
yang mempengaruhi pembelajaran adalah sebagai berikut :
1. Faktor Kecerdasan
Yang dimaksud dengan kecerdasan ialah kemampuan seseorang untuk
melakukan kegiatan berfikir yang bersifatnya rumit dan abstrak. Kecerdasan
adalah suatu kemapuan yang dibawa dari lahir sedangkan pendidikan tidak dapat
meningkatkannya, tetapi hanya dapat mengembangkannya.
2. Faktor Belajar
Yang dimaksud dengan faktor belajar adalah semua segi kegiatan belajar,
misalnya kurang dapat memusatkan perhatian kepada pelajaran yang sedang
dihadapi, tidak dapat menguasai kaidah yang berkaitan sehingga kurang menguasai
cara-cara belajar efektif dan efisien.
3. Faktor Sikap
Sikap dapat menentukan kualitas belajar seseorang. Diantara sikap
yang dimaksud di sini adalah minat, keterbukaan pikiran, prasangka atau
kesetiaan. Sikap yang positif terhadap pelajaran merangsang cepatnya kegiatan
belajar.
4. Faktor Kegiatan
Faktor kegiatan ialah faktor yang ada kaitannya dengan kesehatan,
kesegaran jasmani dan keadaan fisik seseorang.
5. Faktor Emosi dan Sosial
Faktor emosi seperti tidak senang dan rasa suka dan faktor sosial
seperti persaingan dan kerja sama sangat besar pengaruhnya dalam proses
belajar. Ada diantara faktor ini yang sifatnya mendorong terjadinya belajar
tetapi ada juga yang menjadi hambatan terhadap belajar efektif.
6. Faktor Lingkungan
Yang dimaksud faktor lingkungan ialah keadaan dan suasana tempat
seseorang belajar. Selain kenyamanan tempat belajar, hubungan yang kurang
serasi dengan teman juga dapat menganggu kosentrasi dalam belajar.
7. Faktor Guru
Kepribadian guru, hubungan guru dengan siswa, kemampuan guru mengajar
dan perhatian guru terhadap kemampuan siswanya turut mempengaruhi keberhasilan
belajar. Guru dapat menimbulkan semangat belajar yang tinggi dan dapat juga mengendorkan
keinginan belajar yang sungguh-sungguh. Siswa yang baik berusaha mengatasi
kesulitan ini dengan memusatkan perhatian kepada bahan pelajaran, bukan kepada
kepribadian gurunya.
2.9.
Model-model Pembelajaran
1. Model
Pembelajaran Langsung
Model pembelajaran langsung merupakan model pembelajaran yang
lebih
berpusat pada guru dan lebih mengutamakan strategi pembelajaran efektif guna
memperluas informasi materi ajar. Model pembelajaran langsung dikembangkan
untuk mengefisienkan materi ajar agar sesuai dengan waktu yang diberikan dalam
suatu periode tertentu
2. Model Pembelajaran Kooperatif
Model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai setidak
tidaknya
tiga tujuan penting pembelajaran, yaitu hasil belajar akademik, penerimaan
terhadap keragaman, dan pengembangan keterampilan sosial (Ibrahim, dkk,
2000:7). Menurut Slavin (1997), pembelajaran kooperatif, merupakan model
pembelajaran dengan siswa bekerja dalam kelompok yang memiliki kemampuan
heterogen.
3. Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah
Pembelajaran
berdasarkan masalah merupakan pendekatan yang efektif untuk
pengajaran
proses berpikir tingkat tinggi. Pembelajaran ini membantu siswa untuk memproses
informasi yang sudah jadi dalam benaknya dan menyusun pengetahuan mereka
sendiri tentang dunia sosial dan sekitarnya.
Pembelajaran
ini cocok untuk mengembangkan pengetahuan dasar maupun kompleks (Ratumanan,
2002 : 123).
BAB III
PENUTUP
3.1.
Kesimpulan
Berdasarkan
pembahasan di atas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa pada hakikatnya belajar
merupakan suatu proses yang berkesinambungan yang berlangsung sejak lahir
hingga akhir hayat, dalam belajar terjadi adanya perubahan tingkah laku yang
bersifat relatif permanen, hasil belajar ditunjukan dengan tingkah laku,dalam
belajar ada aspek yang berperan yaitu motivasi, emosional, sikap,dan yang
lainnya. Unsur utama dalam belajar adalah individu sebagai peserta belajar,
kebutuhan sebagai sumber pendorong, situasi belajar, yang memberikan
kemungkinan terjadinya kegiatan belajar.
Pembelajaran
pada hakikatnya adalah proses interaksi antara peserta didik dengan lingkungan,
sehingga terjadi perubahan perilaku kearah yang lebih baik. Dan tugas guru
adalah mengkoordinasikan lingkungan agar menunjang terjadinya perubahan
perilaku bagi peserta didik. Pembelajaran juga dapat diartikan sebagai usaha
sadar pendidik untuk membantu peserta didik agar mereka dapat belajar sesuai
dengan kebutuhan dan minatnya. Disini pendidik berperan sebagai fasilitator
yang menyediakan fasilitas dan menciptakan situasi yang mendukung peningkatan
kemampuan belajar peserta didik.
3.2.
Saran
Penulis menyadari jika makalah ini masih jauh dari sempurna. Kesalahan
ejaan, metodologi penulisan dan pemilihan kata serta cakupan masalah yang masih
kurang adalah diantara kekurangan dalam makalah ini. Karena itu saran dan
kritik membangun sangat kami butuhkan dalam penyempurnaan makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA
Dimyati dan Mudjiono. 2002. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT
Rineka Cipta
Suryosubroto. 2009. Proses Belajar Mengajar Di Sekolah. Jakarta: PT
Rineka Cipta
Gintings Abdorrakhman. 2010. Belajar Dan Pembelajaran. Bandung:
Humaniora
Gredler, Bell, Margareth E. 1991. Belajar dan Membelajarkan (terjemahan
Munandir).Jakarta: Rajawali Pers.
Rooijakkkers, Ad.. 1990. Mengajar dengan Sukses. Jakarta:
Gramedia.
0 Comments
Posting Komentar