BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah
          Islam adalah Agama yang paling mulia dan Agama yang paling haq dibumi ini. Dalam Islam pendidikan sangat diperhatikan dan sangat dianjurkan diberikan dan dicari oleh umatnya. Jangankan pendidikan yang sangat penting sekali, hal yang terkecil pun diperhatikan oleh Islam.
Pendidikan dipandang sangat penting karena dengan pendidikan manusia dapat menggapai langit dan merangkul bulan. Nabi Agung Muhammad saw menerima wahyu yang pertama juga menjurus pada ruang lingkup pendidikan, yaitu surat Al-Alaq yang diawali dengan kata Iqro’ (  اقرء ) yang artinya bacalah, sedangkan Nabi saja tidak dapat membaca, mengapa demikian?. Karena dibalik membaca Allah menyimpan beribu rahasia bagi umatnya, dengan dalil tersebut berarti pendidikan sangat penting dikehidupan manusia pada umumnya dan umat Islam khususnya.  
          Sangat pentingnya ilmu pendidikan Islam pernah berjaya dalam pendidikan yaitu pada masa Bani Abbasiyah. Pada masa ini ilmu pengetahuan berkembang pesat dan menciptakan orang-orang yang cerdas dalam islam. Ada yang mengatakan cerdas adalah fitrah manusia sejak lahir yang dibawa melalui keturunan akan tetapi juga ada yang berpendapat bahwa fitrah manusia itu terlahir bagaikan kertas putih tanpa noda.  Inilah hal yang menjadi menarik untuk dicari kebenarannya.  Karena dengan mengetahui fitrah seseorang itu menjadi cerdas akan membangkitkan motivasi dalam diri seseorang agar menerbangkan sayapnya lebih tinggi dan mencapai langit.  
          Fitrah memiliki bebrapa potensi yang secara inhern telah ada sejak manusia lahir.  Potensi-potensi manusia tersebut masih mentah, potensi itu dapat diaktualisasikan sesuai dengan usaha yang dilakukan oleh seseorang.

1.2 Rumusan Masalah
1.      Bagaimana Pengertian Fitrah.
2.      Bagaimana hubungan fitrah manusia dengan pendidikan serat implementasinya dalam kehidupan.

1.3  Tujuan Penulisan
1.      Mengetahui pengertian Fitrah.
2.      Mengetahui hubungan fitrah manusia dengan pendidikan serta implementasinya dlam kehidupan.

1.4  Manfaat Penulisan
Dengan mengetahui makna fitrah serta hubungannya dengan pendidikan, diharapkan pembaca mampu memotivasi dirinya untuk lebih giat belajar dan mencarai pengalaman. Sehingga dengan bertambahnya pengetahuan dan pengalaman seseorang diharapkan mampu lebih dekat kepada sang Pencipta.
Dengan banyak pengetahuan dan mengetahui arti pentingnya pendidikan maka seseorang diperintah untuk berlomba-lomba memperbanyak ilmu sehingga hidup sesorang akan lebih tentram dan tenang dalam menghadpi ujian Allah serta dengan ilmu yang dimiliki akan mampu mengangkat derajat manusia.

                  
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Makna  Fitrah
Dalam dimensi pendidikan, keutamaan dan keunggulan manusia dibanding dengan makhluk Alllah lainnya, terangkum dalam kata “fitrah”. Secara bahasa fitrah berasal  dari kata fathaha yang berarti menjadikan. Kata tersebut berasal dari akar kata al-fathr yang berarti belahan atau pecahan.
Dalam Al-Qur’an kata-kata yang mengacu pada pemaknaan kata fitrah muncul sebanyak 20 kali yang tersebar dalam 19 surat. Sehingga secara umum pemaknaan kata fitrah dapat dikelompokkan kedalam empat yaitu.[1]
  1. Proses penciptaan langit dan bumi
  2. Proses penciptaan manusia
  3. Pengaturan alam semesta beserta isinya dengan serasi dan seimbang
  4. Pemaknaan pada agama Allah sebagai acuan dasar dan pedoman bagi manusia dalam menjalankan tugas dan fungsinya (ma’rifat al-iman)
Menurut pemikir muslim fitrah manusia itu sebagai potensi yang diberikan Allah kepada manusia untuk beribadah. Banyak juga yang mengartikan sebagai bawaan manusia sejak dalam kandungan.
Makna nasabi dari kata fitrah adalah.[2]
1. Fitrah berarti suci (al-thuhr).
Arti ini dijelaskan dari Hadis Nabi Muhammad yang diriwayatkan oleh Imam Muslim dan Abu Dawud dari Aisyah yaitu “Sepuluh macam yang termasuk dalam kategori fitrah, yaitu : mencukur kumis, membiarkan jengggot panjang dan lebat, bersikat gigi/bersiwak,  menghirup air untuk membersihkan hidung, menggunting kuku, membersihkan jari-jemari, mencabut bulu ketiak, mencukur bulu kelamin, membersihkan kencing dengan air, dan  berkumur-kumur.”
2.  Fitrah berarti potensi dasar manusia untuk beripadah (syu’ur li al-‘ubudiyah).
Watak dan aktivitas manusialah yang menjadi tolak ukur fitrah manusia itu sendiri. Fitrah disini ketika Allah menciptakan manusia fitrah yang telah dibawa adalah untuk beribadah kepada Allah.
3. Fitrah berarti mengakui ke-Esa-an Allah (tauhid Allah).
Manusia lahir kedunia membawa potensi ketauhidan atau paling tidak manusia merasakan adanya penciptanya dan mengakui ada yang menciptakan dibalik terciptanya manusia.
Ada beberapa pendapat mengenai makna fitrah menurut para pemikir muslim diantaranya:
a. Abdurrahman Shaleh Abdullah
Mengartikan fitrah adalah bentuk potensi yang diberikan Allah kepada manusia akan tetapi sifat potensi tersebut belum pasti melainkan berupa proses. Beliau mengatakan seseorang yang dilahirkan dari orang yahudi belum tentu menjadi orang yahudi, tetapi Allah memberikannya potensi-potensi yang dapat menjadikannya muslim.
b.Al-Raghib Al-Asfahaniy
”Fitrah adalah mewujudkan dan mengadakan sesuatu menurut kondisinya yang dipersiapkan untuk melakukan perbuatan tertentu”.
c. M. Quraish Shihab yang dikutip dari Muhammad ibn Asyur.[3]
“Fitrah adalah suatu sistem yang diwujudkan oleh Allah pada setiap makhluk. Fitrah yang khusus untuk jenis manusia adalah apa yang diciptakan Allah padanya yang berkaitan dengan jasad dan akal (ruh).” Pendapat ini diperkuat oleh ayat Al-quran pada surat An-Nahl ayat 78 yang bunyinya sebagia berikut :
والله أخرجكم من بطون أمهاتكم لاتعلمون شيئا,وجعل لكم السمع والآبصار والافئدة لعلكم تشكرون (النحل : 78 )
Artinya : “Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan Dia memberi kamu pendengaran dan penglihatan dan hat, agar kamu bersyukur”(Q.S An-Nahl : 78 )

Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa fitrah adalah potensi-potensi yang diberikan Allah kepada manusia sejak dalam kandungan sebagai bekal hidup janin tersebut didunia. Potensi-potensi tersebut dapat berkembang dan diaktualisasikan melalui usaha-usaha yang dilakukan manusia, artinya bahwa potensi-potensi tersebut belum dapat dikatakan pasti sebelum manusia melakukan bebrapa usaha untuk mengaktualisasikan potensinya tersebut.

2.2. Hubungan Fitrah Manusia Dengan Pendidikan Islam serta Implementasinya dalam Kehidupan
Pada dasarnya alquran tidak mengacu pada aliran nativisme, empirisme dan konvergensi yang dikembangkan dalam dunia barat. Akan tetapi konsep tersebut bentuk pengembangan dan penelitian dari apa yang diterangkan dalam Alquran, intinya Alquran telah memberikan konsep dari aliran tersebut.
Tabiat manusia adalah sebagai homo religious (makhluk beragama) yang dibawa sejak lahir. Dalam Alquran surat Al-Rum Allah berfirman :

فَأَقِمْ وَجْهَكَ لِلدِّينِ حَنِيفًا فِطْرَةَ اللَّهِ الَّتِي فَطَرَ النَّاسَ عَلَيْهَا لَا تَبْدِيلَ لِخَلْقِ اللَّهِ ذَلِكَ الدِّينُ الْقَيِّمُ وَلَكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لَا يَعْلَمُون
Artinya : “Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Allah); (tetaplah di atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui".
Fitrah pada ayat diatas menyatakan bahwa manusia diciptakan membawa naluri beragama. Naluri dan potensi yang dimiliki manusia mendorong manusia untuk mencari pengetahuan yang mutlak dan logis. Dorongan potensi tersebut diekspresikan melalui besikap, berpikir dan bertingkah laku. Selain menjadi makhluk beragama, manusia juga memiliki naluri sebagai homo educandum (makhluk yang dapat dididik) dan sebagai makhluk homo education (makhluk bependidikan). Karena bagi manusia pendidikan dan pengetahuan adalah kebutuhan yang harus dipenuhi.
Fitrah manusia adalah potensi yang dimiliki untuk mengembangkan pendidikannya. Menurut para pemikir pendidikan muslim sependapat bahwa teori dan praktek pendidikan islam harus didasarkan pada konsepsi dasar terciptanya manusia, ada dua implikasi penting dalam hubungannya dengan pendidikan islam, yaitu .[4]
1.  Manusia tercipta dari dua komponen yaitu material dan immaterial, konsepsi ini mendorong manusia untuk memenuhi kebutuhan antara immaterial dan material, sehingga pendidikan islam mendidik manusia untuk meraih kebutuhan dengan baik dan benar meurut islam.
2. Hakikat manusia diciptakan adalah sebagi kholifah dibumi, ini sesuai yang dijelaskan Alquran, untuk menjalankan misi sebagai kholifah manusia dibekali dengan potensi yang dapat membuat manusia menjalankan misinya dengan baik. Oleh sebab itu pendidikan diharapkan mampu mengembangkan semaksimal mungkin potensi yang dimiliki manusia, supaya manusia dapat bermanfaat bagi dirinya sendiri dan orang lain.
Dari keterangan diatas menjelaskan bahwa sesungguhnya manusia itu meninginkan dapat memenuhi kebutuhan rohani dan jasmaninya. Dengan potensi yang dimiliki yang kemudian dikembangkan melaui pendidikan tidak hanya dapat memenuhi kebutuhan jasmani dan rohaninya saja akan tetapi juga mampu bermanfaat bagi orang lain.
Menurut Prof. DR. Hasan Langgulung Ada pun macam-macam fitrah (potensi) dapat kita ketahui:
1.    Potensi Fisik (Psychomotoric).
Merupakan potensi fisik manusia yang dapat diberdayakan sesuai fungsinya untuk berbagai kepentingan dalam rangka pemenuhan kebutuhan hidup. Semisal  tangan dapat  melakukan pekerjaan dengan mudah.
2.      Potensi Mental Intelektual (IQ).
Merupakan potensi yang ada pada otak manusia fungsinya : untuk merencanakan sesuatu untuk menghitung, dan menganalisis, serta memahami sesuatu tersebut, tidak hanya itu dengan intelektual manusia dapat membawanya kepada Tuhannya.
3.      Potensi Mental Spritual Question (SP).
Merupakan potensi kecerdasan yang bertumpu pada bagian dalam diri manusia yang berhubungan dengan jiwa dan keimanan dan akhlak manusia.
4.      Potensi Sosial Emosional (SQ).
Yaitu merupakan potensi yang ada pada otak manusia fungsinya mengendalikan amarah, serta bertanggung jawab terhadap sesuatu.
Ternyata hubungan fitrah manusia dengan pendidikan sangat rekat sekali. Dengan fitrah dan potensi yang dibawa manusia, manusia dapat memenuhi kebutuhan hidup dunia akhirat dan dapat bermanfaat bagi dirinya dan oaring lain.


BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Fitrah menurut bahasa berasal  dari kata fathaha yang berarti menjadikan. Kata tersebut berasal dari akar kata al-fathr yang berarti belahan atau pecahan.
Sedangkan menurut istilah adalah potensi yang dibekalkan Allah kepada manusia untuk menjalankan misinya sebagai kholifah didunia ini. Fitrah atau potensi-potensi manusia dapat berkembang melalui usaha-usaha yang diaktualkan manusia itu sendiri.
Pendidikan adalah alat untuk mengembangkan secara maksimal potensi-potensi yang dimiliki manusia tersebut. Dengan pendidikan diharapkan manusia dapat mengoptimalkan potensi yang dimiliki sehingga manusia dapat memenuhi kebutuhan material dan immaterial, juga dapat diharapkan potensi-potensi yang dimiliki dapat bermanfaat bagi dirinya sendiri dan orang lain.  Implementasinya dalam kehidupan sehari-hari dapat dilakukan ketika peserta didik masih kecil diajarkan dengan yang baik-baik semisal makan menggunakan tangan kanan, membaca doa disetiap kegiatan apapun serta berbicara yang baik, melihat dan mendengan yang baik-baik pula. Dengan demikian bangunan watak dan pendidikan pada peserta didik akan berpondasi pada suatu hal yang baik serta sesuai petunjuk agama.

3.2 Saran
Diperuntukan bagi pembaca agar mencari pengetahuan mengenai fitrah dan hubungan fitrah manusia dengan pendidikan lebih rinci. Makalah ini hanya mengantarkan kepada pintu gerbang bahasan fitrah manusia dengan pendidikan dalam islam.




DAFTAR PUSTAKA

Dr. Al-Rasyidin & Dr. H. Samsul Nizar, M.A., Filsafat Pendidikan Islam: Pendekatan Historis, Teoritis dan Praktis, Ciputat Press:  Jakarta. 2005.hal: 21-23


[4] Dr. Al-Rasyidin & Dr. H. Samsul Nizar, M.A., Filsafat Pendidikan Islam: Pendekatan Historis, Teoritis dan Praktis, Ciputat Press:  Jakarta. 2005.hal: 21-23